Resensi Buku Mata Kedua

Ramaditya Adikara


Lanjutan cerita tentang Mas Rama. Yup, apalagi kalau bukan tentang bukunya, "Mata Kedua".

Sepulang dari acara KBM Malang, jam 5 sore, saya menyempatkan diri membaca sinopsis dan prolog dari buku tersebut. Langsung saja terpikir bahwa nanti alurnya maju mundur, biasanya kalau saya membuat cerpen, alur ini yang sering saya gunakan (favorit). Bahkan pada novel pertama saya (entah ini diterima penerbit mana, soalnya udah ditolak berkali-kali ; Aku, Kamu, dan Diary) juga menggunakan alur tersebut.

Berhubung emak-emak dengan sejuta aktivitas (bohong banget, padahal sukanya BBM-an :D) maka saya pun baru bisa membaca tepat pada jam 7 malam, setelah salat Isya dan si kecil pun asyik menonton televisi (baru satu bulan saya mempunyai televisi, itu pun di komputer, agar tidak rebutan dengan si kecil saat saya online di lepi). Ini buku paling tebal yang saya punyai (selain Alquran pastinya), jadi agak sedikit malas membacanya (jujur banget sih). :p

Baca Selengkapnya

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »